Blog
ini ditujukan hanyalah untuk berbagi..
berbagi hal yang belum sempat terucapkan lewat kata-kata dan tertumpahkan dengan tulisan,,

Memulai jejak dalam sebuah tulisan.
Menorehkan tinta sejarah hingga ia dikenal nyata.

Sejarah kehidupan dalam sebuah bingkai.
Melompati setiap ekstase dengan semangat menyala.

Walau terkadang lampu - lampu jalanan turut menghiasi medan menuju setiap tahap kemenangan, pengharapan dan sebuah pembelajaran tentang Kebijaksanaan.

Semua tertuang untuk sebuah cerita.
Cerita hidup yang aku, kau dan kita adalah pelaku setianya.
Hingga kemudian Cahaya gemilang itu mampu kau renggut, kau peluk dengan tanganmu.

Sabtu, 02 April 2011

Tentang Aku dan Pohon itu..


Pohon - pohon seakan bernyanyi menyenandungkan keriangan langit.

Daun - daun bermain senggal - senggolan.

Menggesek satu sama lain karena dipermainkan angin.

Langit pun membentuk tirai raksasa dalam peraduan Sang biru.

Awan putih memanja selembut kapas, bergerak beriringan seirama.

Helai kain di bajuku seakan ikut menikmati kesyahduan gemericik air danau.

Membiru walau terbias cahaya, kehijauan merona jingga.

...

entahlah, aku tak tahu sihir apa yang menggerakkan jari-jariku setiap kali duduk dibawah pohon itu..

Meski tak seberapa besarnya, tak seberapa indahnya dibanding pohon Pillow yang menjulang itu, aku tetap senang menggelayut dan bermain-main dengan rumput-rumput yang mengelilingi akarnya.

Seakan-akan mereka ikut bernyanyi bersama saat aku menyenandungkan suara-suara lirih dalam ipod usangku.

Bergetar seirama gejolak angin, seakan menyenandungkan sesuatu.

Tapi tak mampu bagi telingaku menangkap getaran suara yang ia desau lirih setiap waktu.

Danau kecil yang terbentang di depanku beriak dihempas makhluk-makhluk kecil didalamnya. Membuatku tertawa geli sendiri. Menyungging senyum adalah kebiasaanku disaat-saat unik seperti ini.

Mungkin pak satpam yang ada disana heran melihatku yang senang dengan keindahan autis yang hanya dapat kurasakan saat membersamai tempat ini.

Awan yang begitu lembut sore ini seakan berkata kepadaku. "Hai Multi, bagaimana, apa kau baik-baik saja hari ini?", dengan lirih aku pun menjawab, "ya putih, aku baik - baik saja. Dan akan selalu baik walau kau diculik si hitam", awan seakan bergerak perlahan mendekatiku, "si hitam? oh ya, ia bukan menculikku, tapi menggantikan posisiku dan mengorbankan demi titik - titik air yang kau nikmati sebagai penyejuk matamu. Danau itu. Hasil pengorbanan sahabatku, si hitam".

Lagi- lagi aku tersenyum simpul dengan penjelasannya yang sangat diplomatis itu.

Semilir angin terkadang membuat helai hijab mengalun lembut tersapu angin. Persis mengusap lembut wajahku.

Ah, lagi-lagi. Aku terpikat, terpesona, dengan segala keindahan-NYA. Dengan segala keAgungan-NYA.

Allah Maha Besar! pekik ku dalam hati.

Titik-titik embun tak terasa merembes di dahan-dahan pipiku. Ia menggenang tak tertahan kemudian jatuh terhempas menyentuh akar-akar pohon yang menjadi saksi bisu peraduanku hari ini.

Terlihat dikejauhan, auman mesin-mesin roda dua beriringan bersaling-silang. Ku seka embun, kugapai dahan-dahan yang hampir rapuh termakan hujan dan usia. Berdiri untuk sejenak demi mengucap kata pisah. Masih sempat kuberteriak kecil. Seperti biasanya, meneriakkan segala mimpi, segala curahan hati, segala penantian, segala kerinduan, segala asa, segala cemburu, segala gundah, segala rasa, pada Sang Pemilik Hati.

Kali ini aku benar-benar didera rasa Yang Sangat Luar Biasa. Rasa yang selalu melindungiku, rasa yang selalu mecurahkan segala perhatiannya padaku. Ya, Sang Pemilik Hati.. Cinta_Mu terbalas q dalam sajak embun yang selalu menggenang dalam peraduan kaki 1/3malam hingga fajarMu.

Senyum tipisku makin bengkak dengan mata yang dipenuhi embun. Sempat terlambai tangan, kata terakhir kusampaikan padanya.

"Mimpiku, Cintaku, tergenang, terhanyut dalam aliranmu hai danauku, dalam jagamu.. Aku bersyukur telah memilihmu sebagai sahabat singgah bagi hatiku. Biarkan awan putih menyampaikan teriknya bersama sang biru dan mengorbankan si hitam untukmu. Aku kan kembali, suatu saat dengan Senyum yang sama, tetapi dengan makna yang berbeda. Aku tahu, Allah itu,, menebar Rahmat bagiku, bagimu, dan bagi semesta alam."

Yang Merindu bahkan begitu rindu dengan Hal yg sesungguhnya lbh dekat dgn urat nadiku..