Blog
ini ditujukan hanyalah untuk berbagi..
berbagi hal yang belum sempat terucapkan lewat kata-kata dan tertumpahkan dengan tulisan,,

Memulai jejak dalam sebuah tulisan.
Menorehkan tinta sejarah hingga ia dikenal nyata.

Sejarah kehidupan dalam sebuah bingkai.
Melompati setiap ekstase dengan semangat menyala.

Walau terkadang lampu - lampu jalanan turut menghiasi medan menuju setiap tahap kemenangan, pengharapan dan sebuah pembelajaran tentang Kebijaksanaan.

Semua tertuang untuk sebuah cerita.
Cerita hidup yang aku, kau dan kita adalah pelaku setianya.
Hingga kemudian Cahaya gemilang itu mampu kau renggut, kau peluk dengan tanganmu.

Kamis, 30 Juni 2011

Karena Aku Mencintaimu Saudariku...


Bissmillah....


Telah q putuskan untuk sllu taat hanya satu kepada Allah..

Bukan pada Dunia yang membuatku lupa dan terjerat nafsu durjana..

Sungguh aku ingin masuk surga tak ingin Neraka yang menyala..

Lalu aku pun berubah tinggalkan masa lalu q yang gulita..

berpakaian Islamy walau dilarang mami namun Allah tetap dihati..

Sungguh aku ingin masuk surga jadi aku ingin insaf saja..

Semua kawanku bilang,, aku tak lagi menawan..

Rambut tak kelihatan, muka tanpa polesan, Bodyku pun tidak dipamerkan..

Semua kawanku bilang,,

aku tak lagi menawan..

Rambut tak kelihatan, muka tanpa polesan, Bodyku pun tidak dipamerkan..

Shalatku jadi rajin, nyontek pun kutinggalkan..

membaca Qur'an kegemaranku,,

Lalu Do'i q pergi,,kawan2 lari,, namun Allah tetap dihati..

Sungguh aku ingin masuk surga jadi aku ingin insaf saja..



Nah,, apa yang bisa kita petik saat membaca syair lagu ini saudaraku..??

hm,,kita semua pasti sudah mengerti dan paham..


Lagu yang berjudul "Hijrah" ini mengisahkan seorang remaja putri yang dulunya begitu banyak teman, kini teman2nya meninggalkannya..

yang dulunya gonta-ganti pacar,,kini tinggal status jomblo yang melekat padanya..

hmm,,kasian? tidak teman,,, malah justru dia bersyukur..

ternyata Allah telah membuka mata dan hatinya..

teman-temannya yang dulu,,yang sering ngajakin dia hura-hura,,

ngajakin nongkrong,,ngajakin maksiat dan hal-hal sepele gak manfaat.. ternyata,,

tidak ikhlas berteman dengannya karena Allah,,

coba kalau temenan ikhlas,,,mau berubah kayak apa aja kek,,pst msh tetep ditemenin,,ya gak??

punya temen yg tipenya kayak gini?? hm,,,(mikir2..)

terus, pacarnya sekarang gak ada lagi...ya jelas,,

si dia (remaja putri tadi) udah berubah untuk menutup auratnya,, gak mau lagi maksiat.. nah,,pacarnya nih pengennya ngelakuin hal-hal yang hmmm,,kayak orang-orang pacaran gitulah,,,apalgi kalo sampe kayak udah suami-istri?! Na'udzubillahimindzaliik... mudah-mudahan kita dijauhin de ya,,amiinn.

saudaraku yg q sangat qu cintai krna Allah,,:)

pernah ada suatu kisah tentang seorang anak TK yang selalu mengenakan baju panjang dengan jilbabnya..

kemudian ia ditanyain sama Bapaknya gini,,

"nak, nanti kalo dah masuk SD masih mau make jilbab gk?"

lalu jawab anaknya,

"tentu ayah! saya akan tetap mengenakannya!"

lalu ayahnya tertegun, dites lagi dengan pertanyaan lain,,

"Lho, emangnya adek gak malu ya sama yg lain??"

dan apa yang dikatakn anaknya kemudian,,

"Bukan saya yang harus malu ayah. Tapi seharusnya merekalah yang malu pada Allah dan Rasul_NYA.."

Subhanallah,,luar biasa sekali jawaban anak kecil tadi..

mungkin jawaban yg juga tak terpikirkan oleh kita..

lalu apa yang kemudian terjadi??

Ia pun diizinkan oleh pihak sekolah untuk mengenakan jilbab dan baju lengan panjang ke sekolah..

nah,,indahkan,,disinilah janji Allah saudara q..

seperti yg tertuang dalam kitabNya..


"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu"


[Q.S. Muhammad:7]


Kalau kita menolong agamaNYA, dengan senantiasa menjalankan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA..

maka Allah pun senantiasa akan memudahkan jalan kita..

dalam ber"hijrah" atau kata lainnya pindah dari muslim KTP ke muslim beneran,, memang ada yang diberikan kemudahan begitu saja, ada yang dilapangkan urusannya, ada yang justru diuji dan dicoba lebih dahulu oleh Allah..

jika kemudian kita diberikan kemudahan oleh Allah untuk melaksanakan peritahNYA,, mungkin kemudian Allah punya rencana sesudah itu,,Allah ingin kita segera menyelesaikan yang satu agar kita bisa menyelesaikan yang lain..dan disinilah NIkmat yang Allah berikan kepada kita..


Lalu bagaimana jika kita diuji terlebih dahulu,, dengan kehilangan teman(kalo teman baik-baik pasti mereka senantiasa disamping kita:)),,kehilangan pekerjaan(berarti Allah tak ridho),,kehilangan pacar(alhamdulillah,,jadi makin terhindar dari maksiat),,kehilangan kepopuleran(justru kita akan semakin populer,,tidak di dunia,,tapi di mata Allah dan Rasulnya,,duh,,kereeen:D),,

dan Ingatlah selalu saudara q.. seindah-indah rencana kita,,lebih indah lagi rencana Allah buat kita..

Allah punya rencana yang pastinya lebih baik untuk kita,,yakinlah! sudah terbukti nyata!!:D

dan Allah selalu tahu apa yang sebenarnya kita butuhkan, bukan kita minta.. jika kita minta,,dan ternyata tidak berguna bahkan menimbulkan kerugian buat kita,,nah,,itulh slh1 penyebab do'a kita tidak dikabulkan..

mintalah,,berdo'alah, apa yang kita minta dan apa yang kita butuhkan. InsyaAllah,, Allah akan memberikan yang terbaik dan terindah buat kita. surprise gitu!!^^


Perintah untuk senantiasa menutup aurat ini pun telh Allah jelaskan dalam kitabNYA,yg berbunyi..


"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."


[Q.S. An Nuur:31]


Nah,,jelas kan perintahNYA...

apa lagi yg kita tunggu,,tunggu kiamat 2012 kah?hhe (Wallahu'alam..)

jilbab yang baik yang benar adalah menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan..

jadi kaki juga ditutupi lho..:)

tidak ketat, harus menutup dada, dan tidak transparant..

Insyaallah dengan jilbab,,bukannya tambah jelek atau gak bersinar..

justru kita akan terlihat lebih cantik dan bersinar,, karena cahaya keshalehan yang terpancarkan dari cahaya Illahi..

cantik dihadapan Allah dan RasulNYA,,InsyaAllah akan lebih mulia,,cie,, ya Allah,,indah banget sih nikmat dan cintaMU kpda kami..:))

hmm,, gimana ya?? tapi aku kan masih bandel, aku kan masih sering benci-bencian ma temen,,akhlakku kan belum bagus..gimna tuch?? apakah masih bisa tetep make jilbab gitcu??(dengan mulut agak-agak monyong,,hee,,lebay..hihi)

nah,,disinlah kadang kekeliruan kita saudaraku.. menutup aurat dilakukan bukan lantas akhlak kita telah bagus,, justru ia sebagai identitas pengenal kita bahwa kita ini seorang Muslimah dan tidak mudah mendapat gangguan setan-setan jalanan (upss,,hee) ..


"Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."


[Q.S. Al Ahzab:59]


Tetapi,,ketika kita telah mengenakan yang seharusnya kita kenakan, menutup aurat kita,,tentunya akhlak,,perilaku dan tingkah laku kita harus mengikuti... tunjukkan kalau kita adalah Muslimah yang serius ingin berubah, merubah dirinya menjadi lebih baik..

menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur..

apa salahnya jika kita ingin lebih baik??justru bagus banget!!

udah cantik diluar,, cantik lagi didalam secara kepribadian,,duh,,kerenz!!

bahkan Rasulullah SAW mengatakn dalam hadistnya kalo Hari ini harus lbih baik dari hari kemarin. dan orang-orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin adalah orang-orang yang merugi! yah,,lebih kurang gitu..

mau jadi orang merugi dan tidak mendapat Ridho dari Allah??? gak khaaannn...gak bangettt:D


Bagaimana caranya bersyukur??yah itu tadi,,cara paling simple adalah dengan menjalankan perintahNYA..apalgi yg wajib! seperti Shalat 5 waktu, puasa bulan Ramadhan, zakat, dsb..dan termasuk menutup aurat ini bagi wanita..

coba deh bayangkan kalo seandainya mata kita yang indah,,bibir kita yang aduhai, wajah kita yang mulus harus diambil Allah gara-gara kita gak bersyukur..Ya Allah,,jgn KAU murka pada kami,,dan ampunilah kami,,Amiin..

Banyak teman-teman kita yang tidak bisa makan gara-gara mulutnya cacat, gak bisa bedakan gara-gara kulitnya kena luka bakar.. oleh karena itu kita harus benar-benar bersyukur saudaraku..karena bagi Allah adalah hal yang sangat mudah jika IA ingin mengambil itu semua dari kita..Astaghfirullahaladziim. Laailahailla anta subhanaka innikuntu minadzalimiin..Ya allah ampuni hambamu yang selalu lalai dan lupa bersyukur ini..sesungguhnya kamilah yang mendzalimi diri kami sendiri. Amiinn.....


Dan pada akhirnya,,, sesungguhnya karena cintalah saudaraku,,

karena cinta ku kepadamu karnaNYA aku menulis ini semua.

bukan karena ingin menggurui, memaksakan, bukan! sungguh tidak sama sekali!

karena dalam Islam tak ada paksaan dalam beribadah,,tinggal kita yg ingin memilih Surga(dgn menjalankn perintahnya) atau Neraka(dgn menjalankn larangnya)beeggghh,,sadiss..he


Sesungguhnya aku mencintaimu,, mencintaimu karena Allah..

sungguh aku ingin jika kita berkumpul bersama..

Mencintaimu bukan hanya untuk dunia,,tapi juga untuk akhirat..

Semoga kita dikumpulkan bersama kembali dalam JannahNYA..

Amiinn...


Luv uu...miz uuu....cz Allah..

Muuuuuaaaaaaach^____^




Untukmu duhai saudariku tercinta...

Lirik Nasyid Shoutul Harakah


Bingkai Kehidupan Karya : Ust. Tate Qomaruddin, Lc

Mengarungi samudra kehidupan

Kita ibarat pada pengembara

Hidup ini adalah perjuangan

Tiada masa tuk berpangku tangan

Setiap tetes peluh dan darah

Tak akan sirna ditelan masa

Segores luka dijalan Allah

Kan menjadi saksi pengorbanan

Allah ghayatuna

ArRasul Qudwatuna

AIQuran dusturuna

AIJlhadu sablluna

AIMautu fi sabilillah asma amanina

Allah adalah tujuan kami

AIQuran Pedoman hidup kami

Jihad adalah jalan juang kami

Mati dl ja1an Allah adalah cita-cita kami tertinggi

———

Ini Langkahku Karya : Haden

Aaa … Ini langkahku

Aaa … Terus melaju

Aaa … Ini langkahku

Aaa … Bangkitkan Jihad

Ini langkahku yang kan kuayun

Walaupun payah tak akan jera

Ini langkahku kan trus melaju

Setegar karang bangkitkan jihadku

Aral rintangan datang menghadang

Tapi surga di bawah kilatan pedang

Hancurkan kedzaliman Tegakkan keadilan

Aaa … Bangkitkan Jihad!

Pastikan langkahmu wahai pejuang

Dengan AI-Quran menjadi pedoman

Hembuskanlah angin pembaharuan

Karena kila khalifaturrahman

——–

Gelombang Keadilan Karya : Ust. Tate Qomaruddin, Lc & Yusi FM

Kan melangkah kaki dengan pasti

Menerobos sgala onak duri

Generasi baru yang tlah dinanti

Tak takut dicaci tak gentar mati

Bagai gelombang terus menerjang

Tuk tumbangkan sgala kezhaliman

Dengan tulus ikhlas untuk keadilan

hingga pertiwi gapai sejahtera

Tak kan surut walau selangkah

Tak kan henti walau sejenak

Cita kami hidup mulia

Atau syahid mendapat surga

——–

Indonesia Memanggil Karya : Ust. Tate Qomaruddin, Lc

ha … ha … ha …

Singsingkan lengan baju pancangkan asa

Ukirlah hari esok pertiwi jaya

Bergandengan tangan tuk meraih ridho Allah

Buatlah negri ini slalu tersenyum

Bahagia dan Sejahtera dalam cinta-Nya

Tiada lagi resah tiada lagi duka lara

Negeri indah Indonesia

Memanggil namamu Menyapa nuranimu

Negeri indah Indonesia

Menanti hadirmu Rindukan karyamu

———

Lirih Pembebas Karya: Haden

Debu-Debu berterbangan

Kabut di tanah kemuliaan

Kringat darah bercucuran

Iringi kepergian

Bribu nyawa tlah terbang

Menuju tempat yang di janjikan

Tapi ghirah takkan sirna

Bebaskan bumi anbiya

Puing bebatuan telah menjadi saksi

Kekejaman yahudi bangsa syaitoni

Meninggalkan luka jiwa terdzholimi

Berazam bebaskan Palestina kembali

Derap-derap pejuang

Generasi nafas perubahan

Rengkuhlah kejayaan

Goyah jalan disingkirkan

Aaa. ..Aaa.. Aaa. ..Aaa..

———

Merah Saga Karya: Candra

Saat langit berwarna merah saga

Dan kerikil perkasa berlarian

Meluncur laksana puluhan peluru

Terbang bersama teriakan takbir

Semua menjadi saksi

Atas tangkah keberanianmu

Kita juga menjadi saksi

Atas keteguhanmu

Ketika yahudi-yahudi membantaimu

Merah berkesimbah di tanah airmu

Mewangi harum genangan darahmu

Membebaskan bumi jihad Palestlna

Perjuangan telah kau bayar dengan jiwa

Syahid datam clnta-Nya

———-

Mujahid Setia

Bangkitlah mujahid bangkitlah

Rapatkan barisan rapatkan

Ayunkanlah langkah perjuangan

Mati syahid atau hidup mulia

Siapkan dirimu siapkan

Gentarkan musuhmu gentarkan

Takkan pernah usai pertarungan

Hinggal ajal kan menjelang

Enyahkan rasa takut dan gentar

Walau raga kan meregang nyawa

Karna Allah tlah janjikan surga

Untukmu mujahid setia

———–

Cita Pemuda Karya: Haden

Tapakanlah kaki dijalan ilahi

Jangan ragu lagi janji surga-Nya pasti

Kobarkanlah api peperangan suci

Yakin kemenangan janjikan bidadari

Bangkitlah segera wahai pemuda

Jangan terlalaikan oleh buai dunia

Disana ada negri Islam terluka

Sadarkan jiwamu untuk membela

Siapkan diri rangkul senjata

Panjatkan do’a untuk citakan surga

Pekikan takbir sampai nalas terakhir

Kejayaan dilangan kila

Satu… Hati… bebaskan Palestina

Hancurkan Yahudi penjajah

Tegap:…Maju dan songsonglah surga

Takkan pernah gentar

Sampai AI-Quds Merdeka

———-

Tekad Perjuangan Karya : Nur Azizah, R. Chandra SK

Didalam gemuruh cita-cita perjuangan

Berbekal semangat keadilan

Akan terwujudnya kesejahteraan

Mari kita tumbangkan kezhaliman

Bersama-sama kita

Saling bergandengan tangan

Mari tunaikan panggilan ilahi

Melepaskan negri ini

Dari tangan-tangan tirani

Ayo mari tegakkan bangunan kebenaran

Semai keadilan di bumi pertiwi

Dengan satu tekad

Yang kuat tertancap

Allah tujuan kita

———–

Palestina Tercinta Karya : Hipni Mubarak

Untukmu jiwa-jiwa kami

Untukmu darah kami

Untukmu jiwa dan darah kami

Wahai Al-Aqsha tercinta

Kami akan berjuang

Demi kebangkitan Islam

Kami rela berkorban

Demi Islam yang mulia

Untukmu Palestina tercinta

Kami penuhi panggilanmu

Untukmu Al-Aqsha yang mulia

Kami kan terus bersamamu

Ya Rabbi izinkanlah kami

Berjihad di Palestina mu

Ya Allah masukanlah kami

Tercatat sebagai Syuhadamu

Rabu, 15 Juni 2011

Batu Kecil Jinan


Batu kecil itu menggelinding deras ke bawah kaki Jinan. Sedikit demi sedikit tanjakan landai ia lewati dan meninggalkan bekas tapak kakinya yang regang dan kecil. Sudah tiga jam ia berjalan menuju barak Israel, ke Chattah-Gilboa, penjara Israel yang sebagian besar menahan tahanan Palestina. Jinan melangkah landai dan agak berjingkat saat rumah tahanan itu mulai terlihat pandangan matanya.

Diliriknya sekeping roti yang ia bawa sebagai bekal perjalanan dari ibunya. Enam tahun adalah usia yang sangat mendukung untuk tidak menolak panggilan perutnya dan air liurnya yang mulai kering karena air minum yang ia bawa pun terbatas. Jinan kemudian memperhatikan sekelilingnya, melihat kalau-kalau ada tempat yang bisa dijadikan tempat untuk melepas dahaga dan mengobati perih perutnya yang mulai kelaparan. Dilihatnya sebuah pohon kurma yang sudah sedikit mengering dan berguguran daun-daunnya karena tidak dirawat pemiliknya. Entah ada atau tidak yang bertanggung jawab atas pohon serba manfaat itu. Beruntung Tuhan tetap menganugerahi berkahnya sehingga ia tetap menyisakan buahnya barang sedikit saja.

Kepingan roti itu ia cabik dengan tangannya yang kasat karena tergores tanah dan debu pasir saat mendaki tebing landai. Saban hampir roti itu masuk kemulutnya, seorang Ibu renta bercadar dengan bayinya yang terus-terusan menangis datang mendekat dan mulai melompat-lompat ingin meraih buah kurma yang tak mungkin diraih karena jaraknya yang terlalu tinggi.

“sabarlah anakku, Allah senantiasa mencintai hambaNya yang sabar..” ibu itu kemudian melompat lebih tinggi.

“sabarlah anakku, Allah senantiasa mencintai hambaNya yang sabar..” ibu itu pun melompat sekali lagi.

Begitulah seterusnya berulang-ulang. Hingga lompatan kelima, Jinan memanggil ibu itu dan menghentikan aksinya.

“Bu, hentikanlah. Cukupkah jika sekeping roti ini memenuhi perut ibu dan anak ibu?” Jinan mengulurkan tangannya dan memberikan roti yang hendak dimakan itu kepada mereka.

“tidakkah kau pun hendak makan juga wahai anakku?”

“tidak Bu, roti ini pantas dimakan oleh engkau dan anakmu. Insyaallah aku masih punya sedikit tenaga untuk meneruskan perjalananku. Ambillah… ” ujar Jinan seraya mengulurkan tangannya yang berisi roti.

“barakah Allah selalu padamu anakku..”

“oh ya, ini juga. Ambillah air ini Ibu. Kau dan anakmu akan sulit menelan tanpa seteguk air..” Jinan mengeluarkan semua persediaan air minumnya yang tinggal seperempat botol. Kemudian diserahkannya kepada ibu itu.

“Allah senantiasa melindungimu wahai anakku. Hendak kemana engkau pergi?”

“aku ingin menemui ayahku di Chattah-Gilboa..”

“penjara Israel itu?” ibu itu mengambil air minum dari tangan Jinan dan meminumkan pada anaknya.

“ya” Jinan menyeka keringatnya yang asin saat mengenai bibirnya.

“sungguh, ayahmu pasti orang yang selalu dirahmati Allah. Tidak ada yang masuk kedalam rumah siksaan itu kalau ia tidak benar-benar membela Islam..”

“Insyaallah..”

“penjara itu, tidak benar-benar memenjara orang sesuai dengan kesalahannya. Telah banyak yang ditahan dengan alasan yang mereka buat-buat dan terkadang tidak masuk akal.” Kepingan roti yang tadi dipegangnya ia cabik dan ia lumatkan dengan mulutnya, kemudian ia suapi kedalam mulut anaknya.

“begitulah ibu. Semoga Allah selalu memberkahi tanah perjuangan ini.”

“sungguh dewasa engkau anakku.. pergilah, doaku senantiasa menyertaimu..”

“Jazakallah Bu..” Jinan mengangkat tubuhnya yang mulai kehilangan keseimbangan karena dehidrasi, ia mengambil tas kecilnya yang membelakangi si ibu.

“oh ya, hendak kemana engkau wahai Ibu?” Jinan membalikkan tubuhnya hendak mengucapkan kata-kata perpisahan.

Tetapi ibu dan bayinya itu tak penah ia lihat lagi. Seakan-akan ditelan pasir yang menggunung. Jejak tapak kakinya pun tak nampak mata. Sekilas ia tak percaya, dicari-carinya ibu itu, di sekeliling pohon, diatas pohon, tetapi tetap tak ada. Setelah beberapa menit, ia pun lelah sendiri.

Jinan tersenyum simpul, ia sungguh tak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi kemudian ia memilih meneruskan perjalanannya kembali tanpa mengingat apa yang baru saja terjadi. Saat melihat perutnya yang mulai berbunyi, satu-satunya yang ia ingat hanyalah kata-kata pertama ibu itu “sabarlah anaku, Allah senantiasa mencintai hambaNya yang sabar..”

Tanjakkkan tandus berbatu menghentikan kelelahannya. Sebuah bangunan cukup luas bersekat-sekat, berpagar tegas, tinggi, dan berlapis kawat kini ada dihadapannya. Aroma kesakitan dan ketidakadilan mewarnai tempat ini. Batu kerikil berjatuhan saat Jinan menyeret kakinya kebawah tanjakan. Sepatunya mulai aus bagian bawahnya karena dua tahun ini selalu diajak berjalan dengan jarak yang jauh. Sekali lagi ia selalu menangkap pemandangan yang menyisakan jurang yang jelas dan nyata. Jurang kesakitan dari sekian banyak rakyatnya. Jurang yang menjadi saksi akan wajah-wajah syahid yang mati karena memperjuangkan bangsa dan agamanya.

Di pintu gerbang Jinan masuk seperti biasa, petugas yang berwajah tampan tapi menyimpan penuh kebencian dan kelicikan itu hanya melihat tanpa memperdulikannya. Hari ini memang jadwal ia biasa berkunjung menemui ayahnya. Dua tahun adalah waktu yang cukup lama untuk mengenal Jinan sebagai anak Palestina kebanyakan yang merindukan sosok seorang ayah dirumahnya.

“Ali, keluar! Anakmu yang dungu itu ingin melihat ayahnya yang selalu menyedihkan ini!ahahaahaa..” petugas penjaga ruang itu membuka pintu sel kamar Ali dan menariknya keluar.

Ali hanya melihat ke depan tanpa memperdulikan kata-katanya. Perkataan yang hampir selalu sama saat Jinan menjenguk ayahnya. Ia tak ingin ikut-ikutan menjadi pecundang dengan membalas omongan sang pecundang.

Lorong pekat dan gelap ia lalui dengan penyinaran seadanya. Dari cahaya matahari yang melintas lewat lubang-lubang kecil yang disebabkan karena dinding yang sudah banyak retak dan rusak dimakan usia. Rambutnya yang hitam kini sudah agak panjang, janggutnya ia biarkan terurai.

“sampai disini Ali. Seperti biasa, hanya 20 menit!” hardik petugas melepas ikatannya dan seketika itu Ali masuk keruang kunjungan menemui Jinan, anaknya.

Ali tak ingin terlihat kusut, seburuk apapun keadaannya di penjara ia ingin tetap terlihat baik dihadapan anaknya. Rambut dan jenggotnya ia rapikan dengan ujung-ujung jarinya yang mulai mengeras dan kasar.

Sosok anak kecil usia enam tahun yang terlihat dewasa karena tuntutan ketidakadilan dan penindasan di negaranya. Jinan mengenakan pakaian mantel abu-abu dan celana panjang coklat muda. Ia terlihat begitu gembira dan sumringah ketika melihat ayahnya menarik kursi dan duduk dihadapannya. Jinan sangat bahagia, walaupun tak dapat memeluknya karena terhalang dinding kaca, tapi setidaknya rindunya dapat sedikit terobati karena masih bisa melihat wajah ayahnya yang selalu tersenyum dihadapannya.

Jinan kecil tapi berjiwa besar ini hanya mampu menatap wajah ayahnya selama lima menit, kemudian baru ia bercakap-cakap lewat telepon dengan ayahnya mengenai keadaan keluarganya dan perjuangan rakyat di Palestina. Tangannya yang kurus dan kecil ia silangkan di atas meja. Menatap wajah ayahnya lekat-lekat. Ada guratan kegembiraan di mata Jinan. Guratan kesenangan karena ayahnya telah berjuang dan memberikan yang terbaik bagi bangsanya.

Ali pun hanya dapat menatap wajah anaknya. Selalu setiap dua minggu sekali selama lima menit mereka melakukan hal yang sama. Pipi Ali basah, matanya yang semampunya ia tahan untuk tidak menangis tak dapat membohongi hatinya. Ada rasa kepedihan, kesakitan, dan juga haru yang bercampur saat ia melihat Jinan. Wajah tampan dan lugu itu harus dibalut keriput kedewasaan karena kondisi yang menuntutnya. Mata Ali semakin panas, air hangat yang mengalir lewat matanya semakin deras, ia begitu mencintai putranya. Berat rasanya melihat Jinan harus menempuh jarak kiloan meter hanya untuk bertemu dengan ayahnya. Apalagi diusianya yang masih terbilang muda. Rasanya hanya Jinan pengunjung termuda di Chattah-Gilboa.

Biasanya di saat-saat seperti ini Jinan memberi isyarat pada ayahnya. Ia melambai-lambaikan tangan kanannya, pertanda ayahnya disuruh mendekat kearahnya. Ali pun spontan menempelkan wajahnya ke berkas kaca yang tebal. Jinan mengulurkan tangannya ke kaca, seakan-akan menghapus airmata ayahnya, ia pun mengelap-ngelap kaca seperti hendak berkata pada ayahnya “sudah ayah, jangan menangis. Kau tak ingin kan melihat aku juga menangisimu?”.

Jinan menciumi kaca seakan ia menciumi pipi dan kening ayahnya. Sentuhan yang tak pernah tersampaikan selama dua tahun. Kasih sayang yang tak pernah tertumpah ketika ia menemui ayahnya. Setiap waktu kunjungan Ali hanya mampu menyentuh ujung-ujung jari anaknya lewat lubang kecil selebar kelingking.

Hati Ali begitu sesak dan tak tertahankan setiap melihat senyum lugu Jinan. Jinan selalu sumringah setiap menemui ayahnya, tak pernah ada guratan kesedihan dari wajahnya. Walau begitu Ali tetap mempertahankan senyumannya. Senyuman yang membuat Jinan yakin bahwa ayahnya baik-baik saja.

***

Jinan melanjutkan perjalanannya. Setiap melintasi jalan menuju rumahnya ia selalu melihat pemandangan yang sudah teramat biasanya baginya. Sore itu, saat hampir sampai dibelokan rumahnya, Jinan melihat seorang tentara Israel menodongkan senapan laras panjang pada seorang bayi yang sedang digendong ibunya. Seperti bukan manusia ia melihat bayi itu, bahkan sangat bernafsu ingin menembaknya. Ibu sang bayi dengan segala kemampuannya mendorong-dorong dan menghalang-halangi senapan sang tentara Israel dengan sumpah serapahnya terhadap kaum biadab yang tak tanggung kekejamannya.

“laknat Allah wahai biadab! Nerakalah tempatmu!” berulang-ulang wanita itu menyumpahi tentara Israel itu, tetapi ia hanya tertawa dan semakin menodongkan senapannya.

Jinan mengambil batu-batu kecil yang ia simpan dalam kantong kain yang ia kumpulkan selama perjalanan pulang selepas mengunjungi ayahnya. Ia tahu, bahwa kejadian seperti ini akan sangat sering ia temui, tank-tank yang berseliweran di jalan-jalan Palestina, tentara-tentara Israel yang menakut-nakuti anak-anak kecil tak berdosa, bunyi dentuman demi dentuman bom tak nyasar yang selalu dilayangkan Negara tak tahu malu itu!

Jinan melihat kesebuah drum besar dipinggir jalan kota, tepat beberapa meter dibelakang wanita itu berdiri. Jinan pun berlari sembunyi dibalik drum besar itu. Ia mengumpulkan batu-batu kecil yang ia bawa banyak-banyak kemudian melemparkannya ke arah tentara Israel itu.

“pletak!!” batu yang agak besar mengenai kepala tentara Israel.

“syiitth!! Hoooi!!, siapa yang berani-beraninya melempari kepalaku dengan batu! Cepat keluar!! Ooohh..aku tahu! Anak-anak yang tak diuntung itu lagi kan!!..”

Kemudian saat tentara itu lenga dan mencari-cari Jinan, wanita itu paham dan langsung berlari, mengamankan diri dan bayinya.

“cetar! Torr! Tor!” senapan yang dipegangnya untuk menakut-nakuti kemudian ia tembakkan kesegala arah. Tetapi hening dan tak ada tanda-tanda. Hanya suara kaleng drum yang berderik karena tertembak senapan tentara Israel tadi.

“sial!! Wanita bodoh itu pergi! Kau! Yang sembunyi dan melempariku tadi. Aku berjanji akan menghabisimu! Syith!!” tentara itu pun pergi dengan terus menyebut sumpah serapah terhadap anak kecil yang melemparinya dengan batu.

Jinan, tak berdaya. Sebutir peluru panas menembus tulangnya. Tangannya bersimbah darah. Bajunya kini berlumur keringat merah. Wajah putihnya semakin putih pucat, tangannya yang menyekap mulutnya agar menahan sakit tak besuara kini terlepas, terkulai tak berdaya. Matanya yang selalu memancarkan kegigihan perjuangan itu kini menutup secara perlahan. Air mata mengalir dipipinya, menahan rasa sakit yang teramat menyiksa. Bibirnya terangkat, ia tersenyum. Ia bahagia, telah menyelamatkan dua nyawa. Walaupun harus ditebus dengan nyawanya. Kemudian ia mulai merasakan dunianya gelap. Segelap negerinya ketika malam, yang kemudian hanya disinari dengan cahaya meteor-meteor buatan manusia.

***

Jinan, terbaring lemah. Ibunya tak henti-henti memeluk dan menciuminya. Dua orang adiknya yang berumur empat dan dua tahun menangisi kepergian kakaknya. Teman-temannya mengelilingi tubuhnya yang mulai kaku. Guratan kesedihan akan Jinan, tangisan kepedihan akan penindasan tak berujung mewarnai wajah-wajah lain seperti Jinan. Penantian panjang akan pembelaan saudara seiman. Semua terlukis di wajah Jinan saat itu. Wajahnya pucat tak berdaya, tapi masih menyisakan seberkas senyum dibibirnya.

Mushab yang ia simpan diotaknya kini harus digantikan oleh kader-kader baru seperti dirinya. Jinan menghembuskan nafas terakhir karena peluru panas yang mengenai jantungnya. Jinan, syahid fisabilillah.

Selasa, 14 Juni 2011

Gambaran Masa Kuliah...hmm,bener gak ya!!^^

Tertarik dengan postingan salah seorang sahabat via FB (terima kasih postingannya*Laskar Indralaya)

Jadi pengen ngepost di_Blog ini,, Berbagi..masa-masa..yg sepertinya,, seperti inilah kondisi secara umum..

Ya gak sih??..

Check aja ya..

Setiap awal semester

Setelah minggu pertama

Setelah minggu kedua

Sebelum Mid Semester

Selama Mid Semester

Setelah Mid Semester

Sebelum Ujian Semester

Setelah tahu jadwal ujian semester

7 Hari sebelum ujian semester

6 Hari sebelum ujian semester

5 Hari sebelum ujian semester

4 Hari sebelum ujian semester

3 Hari sebelum ujian semester

2 Hari sebelum ujian semester

1 Hari sebelum ujian semester

Malam sebelum ujian semester

1 Jam sebelum ujian semester

Selama Ujian semester

Ketika keluar dari ruang ujian

Setelah ujian semester, selama liburan


Maaf bagi yang merasa....hohoo……